METODE YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH
A. Pengertian
Metode
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang
dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam
menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi
yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan
fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran.
Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab
secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah
teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode berasal dari kata method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan
atau cara untuk memeroleh sesuatu.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian Metode pada prinsipnya sama
yaitu merupakan suatu cara dalam rangka pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat
menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun keagamaan.
Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan
aktivitas untuk mencapai tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu
metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap upaya yang sistimatik dan disengaja untuk menciptakan
kondisi-kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak dapat lepas dari interaksi
antara sumber belajar dengan warga belajar, sehingga untuk melaksanakan
interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi
dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau
banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan
berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut
dapat tercapai.
Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk
menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi
juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga warga
belajar dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudahdisusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai
ruang lingkup sebagai cara dalam:
1. Pemberian
dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam rangka memberikan
dorongan kepada warga belajar untuk terus mau belajar
2. Pengungkap
tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam menumbuhkan rangsangan untuk
tumbuhnya minat belajar warga belajar yang didasarkan pada kebutuhannya
3. Penyampaian
bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam menyampaikan
bahan dalam kegiatan pembelajaran
4. Pencipta iklim
belajar yang kondusif, yaitu cara untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi warga abelajar untuk belajar
5. Tenaga untuk
melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk menumbuhkan kreativitas warga belajar
sesuai dengan potensi yang dimilikinya
6. Pendorong untuk
penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, yaitu cara untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran
7. Pendorong dalam
melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk untuk mencari pemecahan masalah
yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sejarah, salah satunya adalah : (1) demonstrasi; (2) simulasi; (3)
diskusi; (4); karya wisata.
B. Metode –
Metode yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Sejarah
1.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata
atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah,
2000:22). Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa “metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”. Menurut
Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan
bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun
hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik
berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang
terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
diharapkan.
Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah
untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara
pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas.
Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan.
Metode demonstrasi
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama ( socialized recitation ). Metode
demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Ada juga yang
berpendapat bahwa Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan meragakan atau mempertunjukkkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, yang sering disertai dengan lisan,
dengan demonstrasi proses penerimaan pelajaran akan berkesan secara
mendalam, sehingga membemtuk pengertian yang sempurna
Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi
pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi
pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Manfaat psikologis pedagogis dari
metode demonstrasi adalah :
1. Perhatian siswa dapat lebih
dipusatkan .
2. Proses belajar siswa lebih terarah
pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil
pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai
berikut :
1. Membantu anak didik memahami dengan
jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan
.
3. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi
dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret,
drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai
berikut :
1. Anak didik terkadang sukar melihat
dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
2. Tidak semua benda dapat
didemonstrasikan
3. Sukar dimengerti bila
didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
2.
Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau
berbuat seakan-akan”. Di dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia
dinyatakan bahwa simulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate
artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah”. Sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu”. Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, simulasi dalam perspektif
model pembelajaran adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku
sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun
waktu yang tertentu.
Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi
seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang
sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana
ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata. Sementara menurut Sri
Anitah, W. dkk, metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang
menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang
sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan
simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua
proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.
Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses
terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya
supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Jadi metode simulasi adalah peniruan
atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti
peristiwa yang sebenarnya.
Sebagai sebuah metode pembelajaran yang bersifat peniruan suatu peristiwa,
metode simulasi memiliki Karakteristik yang mencerminkan metode ini berbeda
dengan metode-metode lain, di antaranya: 1) Banyak digunakan pada pembelajaran
PKn, IPS,
pendidikan agama dan pendidikan apresiasi, 2) Pembinaan kemampuan bekerja sama,
komunikasi, dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan
dihasilkan melalui pembelajaran simulasi; 3) Metode ini menuntut lebih banyak
aktivitas siswa; 4) Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis
kontekstual; 5) bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial,
nilai-nilai sosial, maupun masalah-masalah sosial.
Agar
Pemakaian simulasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam
pelaksanaanya memperhatikan prinsi-prinsip sebagai berikut: 1) simulasi itu
dilakukan oleh kelompok peserta didik dan setiap kelompok mendapat kesempatan
untuk melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda; 2) semua peserta didik
harus dilibatkan sesuai peranannya; 3) penentuan topik dapat dibicarakan
bersama; 4) petunjuk simulasi terlebih dahulu disiapkan secara terperinci atau
secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan tujuan simulasi; 5)
dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakup semua ranah pembelajaran; baik kognitif,
afektif maupun psikomotorik; 6) simulasi adalah latihan keterampilan agar dapat
menghadapi kenyataan dengan baik; 7) simulasi harus menggambarkan situasi
yang lengkap dan proses yang berurutan yang diperkiran terjadi dalam
situasi yang sesungguhnya; dan 8) hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya
beberapa ilmu , terjadinya proses sebab akibat, pemecahan masalah dan
sebagainya.
Prinsip-prinsip
tersebut harus menjadi acuan dalam pelaksanaan simulasi agar benar-benara
dapat dilakukan sesuai konsep simulasi dalam berbagai bentuknya. Prinsip ini
berlakuku dalam setiap mata pelajaran dan standar kompetensi yang sesuai dengan
prinsip-prinsip tersebut yang berhubungan dengan peristiwa nyata. Oleh
sebab itu untuk memilih materi atau topik mana yang akan digunakan dengan
metode simulasi sangat bergantung pada karakteristik dan prinsip-prinsip
simulasi dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran sebagaiman dijelaskan
di atas. Oleh sebab itu tidak semua mata pelajaran, kompetensi
dasar, indikator, dan topik pembelajaran berbagai mata pelajaran
dapat digunakan dengan simulasi. Disinilah pentingnya pemahaman dan
analisa guru tentang karakteristik dan prinsip metode simulasi dihubungkan
dengan karakteristik mata pelajaran setiap kompetensi dasarnya.
Manfaat
dari metode simulasi dapat untuk :
- meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan melibatkan diri dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya
- memberikan motivasi untuk bekerja sama dalam kelompok
- melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok
- menimbulkan dan memupuk daya imaginasi siswa
- melatih siswa untuk memahami dan menghargai pendapat, peran orang lain
Metode
simulasi bertujuan untuk: 1) Melatih
keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari;
2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; 3) Melatih
memecahkan masalah; 4) Meningkatkan keaktifan belajar; 5) Memberikan motivasi
belajar kepada siswa; 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi
kelompok; 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa; dan 8) Melatih Peserta
didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain.
Agar penggunaan metode simulasi mencapai tujuan dan
manfaat yang diinginkan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
- tiap siswa atau kelompok siswa mendapat kesempatan yang sama untuk melakukan simulasi
- tiap siswa terlibat langsung dalam peranannya masing-masing
- simulasi dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik
- disiapkan petunjuk simulasi dapat secara terperinci atau secara garis besar
- dalam simulasi diusahakan dapat digambarkan secara lengkap tentang situasi, proses yang diperkirakan terjadi dalam kenyataan sesungguhnya
Dengan
demikian penggunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kecenderungan pembelajaran modern yang menuju kepada pembelajaran peserta didik
yang bersifat individu dan kelompok kecil, heuristik (mencari sendiri
perolehan) dan aktif. Sesuai dengan hal ini simulasi menurut Derick, U dan Mc
Aleese, R, bahwa simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Simulasi adalah
bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan pesrta didik dalam
pembelajaran di kelas, baik guru maupun peserta didik mengambil peran did
dalamnya; 2) Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat
berguna untuk melatih peserta didik melakukan pendekatan interdisiplin di dalam
pembelajaran. Di samping itu dapat juga mempraktekkan keterampilan-keterampilan
sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat; 3) simulasi adalah model
pembelajaran yang bersifat dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi
situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berpikir dan
memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah.
Terdapat
beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di
antaranya adalah: 1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi
dalam kelompoknya; 2) Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran
sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran; 3) dapat membiasakan
siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran
yang berbasis kontekstual); 4) Dapat membina hubungan personal yang
positif; 5) Dapat membangkitkan imajinasi, Membina hubungan komunikatif
dan bekerja sama dalam kelompok. 6) Menciptakan kegairahan peserta didik
untuk belajar; 7) memupuk daya cipta peserta didik; 8) Dapat menjadi bekal bagi
kehidupannya di masyarakat; 9) Mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan
menampilkan kegiatan yang nyata; 10) Dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam
bermain atau beracting. Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga
mempunyai kelemahan, di antaranya: 1) Relatif memerlukan waktu yang cukup
banyak; 2) Sangat bergantung pada aktivitas siswa; 3) Cenderung
memerlukan pemanfaatan sumber belajar; 4) Banyak siswa yang kurang menyenangi
sosiodrama sehingga sosiodrama tidak efektif.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa simulasi sekalipun banyak keunggulan namun sebagai sebuah
metode pembelajaran tetap memiliki kelemahan. Berbagai kelebihan di atas perlu
diketahui oleh seorang guru agar potensi yang ada dapat dimaksimalkan, namun
kelemahan bisa diatasi dengan berbagai cara agar pembelajaran sesuai kondisi
dan waktu yang telah disediakan.
Ditinjau
dari peran yang dibawakan atau dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran,
menurut ramayulis, bentu-bentuk simulasi dapat dibedakan menjadi: 1) Pre-Teaching/Micro Teaching;
berguna untuk latihan mengajar oleh calon pendidik yang mana peserta didiknya
adalah teman-teman calon pendidik; 2) Sosiodrama;
permainan peranan yang diselenggarakan dimaksudkan untuk menentukan alternatif
pemecahan sosial; 3) Psikodrama; permainan
peranan yang diselenggarakan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
memperoleh pemahaman yang lebih tentang dirinya, penemuan konsep diri, reaksi
terhadap tekanan yang menimpa dirinya; 4) Simulasi game; adalah permainan peranan dimana para pemainnya
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu dengan mentaati peraturan yang di
tetapkan; 5) Role Playing; permainan peranan yang
diselenggarakan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah,
mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspos kejadian-kejadian masa kini dan
sebagainya.
Dalam
pembelajaran sejarah, bentuk simulasi yang cocok untuk digunakan adalah bentuk
Sosiodrama dan Role Playing.
a.
Sosiodrama
Istilah sosiodrama dan bermain
peranan (role playing) dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan
di dalampelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih
berganti. Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode bermain
peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan
indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi.
Kedua istilah ini (sosiodrama dan
bermain peranan), kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi. Hanya bedanyakedua
metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu naskahnya.
Peranan sosiodrama dapat digunakan
apabila :
1. Pelajaran dimaksudkan untuk melatih
dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2. Pelajaran dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul
amanah yang telah dipercayakan
3. Jika mengharapkan partisipasi
kolektif dalam mengambil suatu keputusan
4. Apabila dimaksudkan untuk
mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal
pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
5. Dapat menghilangkan malu, dimana
bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan
sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
6. Untuk mengembangkan bakat dan
potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan
masa depannya kelak, terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan
sebagainya.
Sebagaimana dengan metode-metode
yang lain, dalam
metode sosiodrama terdapat kebaikan dan kekurangan yang akan terjadi dalam proses
pembelajrannya. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode
tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang lain. Mungkin sekali kita
perlu memakai metode diskusi, ausid visual, tanya jawab dan metode-metode lain
yang dapat dianggap melengkapi metode sosiodrama/bermain peranan. Kelebihan dari metode
sosiodrama adalah :
- Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
- Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
- Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
- Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dand apat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
- Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Sementara itu
kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama adalah terletak pada :
- Sosiodrama dan bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
- Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
- Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
- Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
- Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
- Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan ini.
b.
Role Playing
Menurut Gangel (1986) role playing adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan yang
dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok.
Menurut Blatner (2002), role playing adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi
hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks. Metode Role Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan.
Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Metode Pembelajaran Bermain peran :
a)
Menurut Nur (200); prinsip dasar dalam pembelajaran bermain
sebagai berikut: Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b)
Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota adalah tim.
c)
Kelompok mempunyai tujuan yang sama.
d)
Setiap anggota
kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
e)
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
f)
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g)
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok bermain
Sedangkan ciri-ciri metode pembelajaran bermain peran adalah sebagai
berikut :
a)
Siswa dalam kelompok secara bermain menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai
b)
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender.
c)
Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada
masing-masing individu.
Dalam metode Role Playing terdapat kebaikan dan
kekurangannya. Kebaikan metode role playing antara lain :
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan
lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang
sulit untuk dilupakan
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga
memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
3. Membangkitkan gairah dan semangat
optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang tinggi
4. Dapat menghayati peristiwa yang
berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung
di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
Kelemahan metode role playing antara lain :
1. Role playing/ bermain peranan
memerlukan waktu yang relatif panjang banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya
kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru
memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk
sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan role playing dan
bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang
baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat
disajikan melalui metode ini.
3.
Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang
akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah
metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan
suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan
lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang
ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi
penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat
dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode
discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses
belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto
(2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan
pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada
generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen
dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara
belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri
dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan
suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara,
termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai
alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip
pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Metode discovery memiliki
kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a)
Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan
penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu
dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang
dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b)
Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari
pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah
pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan
keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode
ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih
merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada
suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat
pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui
proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang
mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan
pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang
jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju
skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery
Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan
mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam
usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak,
atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau
dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang
lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi
pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas
besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata
tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan
guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara
tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai
terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan
untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara
keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba
ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi
kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan
ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula
proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin
penemuan yang penuh arti.
4.
Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang
mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama
belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif
(Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta
didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain
pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan
kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan,
memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban
memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara
menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik
berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini
menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna
dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan
untuk produktif, analitis , dan kritis. Manfaat dari metode inquiri adalah
membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curriousity)
dan mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupunsikap
(afektif)
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75)
merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan
kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu
yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas
tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok
didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil
laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari
sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja
kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus
dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Metode inquiry menurut Suryosubroto
(2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.
Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan
sebagainya.
Ada beberapa keunggulan dari metode Inquiry yaitu sebagai berikut :
1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada diri
siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih
baik
2) Membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar yang baru
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, beriskap objektif, jujr, dan terbuka
4) Mendorong siswa untuk bersikap
intuitif, dan merumuskan hipotesanya
sendiri
5) Member kepuasan yang berifatintrisik
6) Situasi
proses belajar menjadi lebih terangsang
7) Dapat
mengembangkan bakat atau kecakapan individu
8) Memberi kebebasan siswa untuk
belajar sendiri
9) Siswa dapat
menghindari dari cara-cara belajar tradisional
10) Dapat
memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
Sedangkan
Kekurangan metode inquiry ialah
sebagai berikut:
1) Memerlukan perencanaan yang teratur
dan matang. Bagi guru yang terbiasa dengan cara tradisional, merupakan beban
yang memberatkan
2) Pelaksanaan pengajaran melalui
metode ini, dapat memakan watu yang cukup panjang. Apalagi proses pemecahan
masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah
3) Proses
jalannya inquiry akan menjadi terhambat, apabila siswa telah terbiasa cara belajar “nrimo” tanpa kritik dan pasif apa yang
diberikan oleh gurunya
4) Tidak semua materi pelajaran
mengandung masalah. Akan tetapi justru memerlukan pengulangan dan penanaman
nilai. Misalnya pada pengajaran agama, mengenai keimanan, ibadah dan akhlak
5) Metode
inquiry ini baru dilaksanakan pada tingkat
SLTA, Perguruan Tingi. Dan untuk tingkat SLTP dan tingkat SD masih sulit
dilaksanakan. Sebab pada tingkat tersbeut anak didik belum mampu berpikir secara ilmiah, merupakan ciri
dari metode inquiry.
5.
Metode Karya Wisata
Karyawisata
dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan
karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar
kelas dalam rangka belajar. Karyawisata dapat dikatakan sebagai kegiatan
perjalanan atau kunjungan lapangan adalah suatu perjalanan oleh sekelompok
orang ke tempat yang jauh dari lingkungan normal. Tujuan perjalanan biasanya
pengamatan untuk pendidikan, non-eksperimental penelitian atau
untuk memberikan pengalaman siswa di luar kegiatan sehari-hari mereka.Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengamati subjek dalam keadaan alami dan
mungkin mengumpulkan sampel. Dalam budaya Barat orang pertama menemukan metode
ini selama bertahun-tahun sekolah ketika kelas sekolah diambil pada perjalanan
untuk mengunjungi geologis atau geografis fitur lanskap, misalnya.
Sebagian besar penelitian awal ke dalam ilmu-ilmu alam adalah formulir
ini. Charles Darwin merupakan contoh penting dari seseorang yang telah
berkontribusi untuk ilmu pengetahuan melalui penggunaan metode karya wisata (field
trip). Untuk mengurangi resiko dan pengeluaran tersebut, sebagian besar
sistem sekolah sekarang memiliki prosedur kunjungan resmi yang menganggap
seluruh perjalanan dari estimasi, persetujuan dan penjadwalan melalui
perencanaan perjalanan yang sebenarnya dan pasca-kegiatan perjalanan.
Karya
wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya
wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu
tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba
ada, museum, tempat-tempat bersejarah dan sebagainya. Metode karya wisata
akan dapat di pergunakan,
1. Apabila pelajaran yang dimaksudkan
untuk memberi pengertian lebih jelas dengan alat peraga langsung.
2. Apabila akan membangkitkan
penghargaan dan cinta terhadap lingkungan dan tanah air, dan menghargai ciptaan
Tuhan.
3. Apabila akan mendorong anak mengenal
lingkungan dengan baik.
Metode karyawisata memiliki manfaat tersendiri yakni :
1.
Siswa memperoleh pengalaman yang nyata mengenai
obyek studi dalam kegiatan karyawisata
2.
Dapat memberikan motivasi untuk mendalami materipelajara
3.
Anak akan memperoleh pengalaman langsung, pengalaman ini dapat memperdalam
pengetahuan dan pengertian anak karena akan lebih banyak menarik perhatian anak
4.
Dengan karya wisata dapat mengumpulkan bahan-bahan untuk pelajaran,
misalnya dengan cara observasi, wawancara dan sebagainya, serta dapat
mengumpulkan benda-benda untuk alat peraga
5.
Memperluas atau memperbesar minat dan perhatian anak. Misalnya dengan
kunjungan ke pabrik, perindustrian, kesenian dan lain-lain
6.
Memperkaya pengajaran di dalam kelas
7.
Membuktikan benar tidaknya pengetian yang diperoleh di dalam kelas.Sumber
di luar kelas merupakan laboratorium tempat anak-anak mengadakan observasi,
eksperimen dan lain-lain.
Dalam metode Karya wisata terdapat
kebaikan dan kekurangannya. Kelebihan dari metode karyawisata sebagai berikut :
1. Karyawisata menerapkan prinsip
pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2. Membuat bahan yang dipelajari di
sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di
masyarakat.
3. Pengajaran dapat lebih merangsang
kreativitas anak.
Sedangkan kekurangan dari metode
karyawisata sebagai berikut :
1. Memerlukan persiapan yang melibatkan
banyak pihak.
2. Memerlukan perencanaan dengan
persiapan yang matang.
3. Dalam karyawisata sering unsur
rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya
terabaikan.
4. Memerlukan pengawasan yang lebih
ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
5. Biayanya cukup mahal.
6. Memerlukan tanggung jawab guru dan
sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama
karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar
mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau
obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar
rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar
yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di
luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik
sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik
karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan
melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik
seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu
memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan
umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang
dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam
waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
6. Metode Debat
Debat
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan pembahasan dan
pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk
mempertahankan pendapat masing-masing. Debat merupakan kegiatan bertukar
pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih yang masing-masing berusaha
mempengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan.
Debat
adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan
perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif
seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi.
Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari
debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Debat adalah suatu
diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu
pihak dan pihak yang lain saling menyerang.
Debat
dapat diartikan pula sebagai silang pendapat tentang tema tertentu antara pihak
pendukung dan pihak penyangkal melalui dialog formal yang terorganisasi. Debat
yang biasanya diikuti oleh pihak pendukung dan pihak penyangkal dipimpin oleh
seorang pemandu (moderator) serta dibatasi oleh waktu dan aturan main.
Kedua belah pihak yang berdebat berusaha meyakinkan lawan debat dan
pemirsa/pendengar bahwa usul dan argumennya adalah yang paling baik.
Metode
debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Metode Debat merupakan sebuah metode
pembelajaran yang dimana siswa terbagi dalam dua kelompok besar ataupun kecil
yang terdiri dari pihak yang pro dan kontra untuk beradu menyampaikan
pendapat/ tanggapan mereka didalam menghadapi suatu topik masalah yang telah
ditentukan. Anggota kelompok juga dapat bertanya kepada peserta
debat/pembicara. Metode ini biasa digunakan ketika:
a. Jika hasil pembicaraan perlu diasah
b. Untuk membangkitkan analisa
c. Untuk menyampaikan pendapat yang
berbeda-beda
d. Jika anggota bersedia untuk mendengar kedua segi permasalahan
e. Jika kelompok itu besar.
Teknik debat aktif (active debate) adalah cara atau alat untuk
mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran berbicara dengan cara menyajikan tema
kontroversi yang menarik untuk diperdebatkan. Siswa dalam hal ini saling
mengungkapkan argumentasi untuk menetapkan baik tidaknya suatu usul tertentu
yang didukung oleh satu pihak yang disebut Pro, (pendukung atau afirmatif)
dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau Kontra (negatif).
Teknik debat aktif dapat mendukung siswa untuk berani mengomentari,
menyanggah, mengkritik sesuai dengan posisi dan peran yang dimainkan. Dalam
penerapan teknik debat aktif ini terdapat hal yang berbeda dari prosedur debat
konvensional, yaitu siswa akan mengambil posisi yang bertentangan dengan
pendapatnya. Selain itu, formasi duduk siswa dikondisikan seperti setengah
lingkaran yang di tengahnya terdapat dua juru bicara dari kelompok pro dan
kontra yang ditemani oleh dua moderator yang masing-masing memprovokasi
kelompok pro dan kontra.
Selain itu metode debat merupakan metode pengajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan,menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa
serta untuk membuat suatu keputusan (Wina, 2009:154). Menurut buku pengarang
Ismail SM, M.Ag. bahwasannya tujuan dari metode debat aktif ini adalah untuk
melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu
masalah yang controversial serta memiliki sikap demokratis dan saling
menghormati terhadap perbedaan pendapat (Ismail, 2008:81).
Secara sederhana debat aktif bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau percaya dan akhirnya melaksanakan,
bertindak, mengikuti atau setidaknya mempunyai kecenderungan sesuai apa yang diinginkan dan
dikehendaki oleh pembicara atau penulis,
melihat jenis komunikasinya lisan atau tulisan. Dengan demikian, debat merupakan
sarana yang paling fungsional untuk menampilkan,
meningkatkan dan mengembangkan komunikasi verbal dan melalui debat pembicara
dapat menunjukkan sikap intelektual.
Manfaat yang dapat diambil dari proses pembelajaran dengan metode debat
aktif adalah:
a. Manfaat Bagi Siswa
1) To provide opportunities for the
pursuit of established interest and the development of new interest
2) To educate for citizenship trought
experiences and insight that stress leadership, fellowship, corporation, and
independent action
3) To develop school spirit and morale
4) To encourage moral and spiritual
development
5) To strengthen the mental and
physical health of student
6) To provide for a well rounded of
student
7) To widen student contact
8) To provide opportunities for student
to exercise their creative capacities more fully
b. Manfaat Bagi Pengembangan Pendidikan
1) To supplement or enrich classroom
experiences
2) To explore new learning experience
which may ultimately be incorporated into the curriculum
3) To provide additional opportunity
for individual and group guidance
4) To motivate classroom instruction
5) To improve education metod (http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/209/jiptiain--mohridwant-10427-5-babii%3B-a.pdf).
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:
a. Memantapkan pemahaman konsep siswa
terhadap materi pelajaran yang telah diberikan
b. Melatih siswa untuk bersikap kritis
terhadap semua teori yang telah diberikan
c. Melatih siswa untuk berani
mengemukakan pendapat.
Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya
adalah:
a. Ketika menyampaikan pendapat saling
berebut
b. Terjadi debat kusir yang tak kunjung
selesai bila guru tidak menengahi
c. Siswa yang pandai berargumen akan
slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif
d. Menghabiskan banyak waktu untuk
melakukan sesi debat antar kelompok
e. Perlunya tema yang mudah dipahami
oleh siswa
f. Tema haruslah dapat diperdebatkan
g. Perataan siswa dalam kelompok
terkadang tidak heterogen.
C. Langkah-langkah
Penerapan Metode yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Sejarah
1.
Metode Demonstrasi
Langkah-langkah
menggunakan metode demonstrasi adalah sebagai berikut;
a)
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus
dilakukan:
·
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi
berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap,
atau keterampilan tertentu.
·
Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
Garis-garis besar langkah demostrasi diperlukan sebagai panduan untuk
menghindari kegagalan.
·
Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang
diperlukan.
b) Tahap Pelaksanaan
Ø Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, di antaranya:
·
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan
dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
·
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
·
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa
ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
Ø Langkah pelaksanaan demonstrasi.
·
Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk
berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki
sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
·
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
·
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh siswa.
·
Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut
sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
Ø Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses
demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya
guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses
demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
2.
Metode Sosiodrama
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode
sosiodrama adalah sebagai berikut :
- Bila sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
- Menerapkan siatuasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut
- Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa
- Setelah sosiodrama itu dalam peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu
- Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya
3.
Metode Role Playing
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode
sosiodrama adalah sebagai berikut :
- Bila role playing baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
- Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut.
- Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa
- Setelah role playing itu dalam puncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai role playing yang dimainkan. Role playing dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu
- Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya role playing untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.
4.
Metode Discovery
Ada lima tahap yang harus ditempuh
dalam metode discovery menurut Rohani (2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah
untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan
hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan
untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik
kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau
generalisasidalam situasi baru.
Sedangkan langkah-langkah dalam
menggunakan metode discovery menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh
Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi
pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang
akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d)
Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing
siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f)
Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas
siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h)
Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin
analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k)
memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu
siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
5.
Metode Inquiry
Langkah-langkah dalam proses inquiry
adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban,
serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan
yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk
menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah:
(1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang
akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab
pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang
dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang
mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta
yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan
sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
6. Metode Karya Wisata
Agar penggunaan teknik karya wisata
dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Masa persiapan guru perlu
menetapkan:
·
Perumusan tujuan instruksional yang jelas
·
Pertimbangkan pemilihan teknik itu
·
Keperluan menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi, untuk
merundingkan segala sesuatunya
·
Penyusunan perencanaan yang masak, membagi tugas-tugas dan menyiapkan
sarana
·
Pembagian siswa dalam kelompok, mengirim utusan.
2. Masa pelaksanaan karya wisata:
·
Pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya.
·
Memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama
·
Mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi dan juga tugas-tugas kelompok
sesuai dengan tanggung jawabnya
·
Memberi petunjuk bila dipandang perlu.
3. Masa kembali dari karya wisata:
·
Mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil dari karya wisata itu.
·
Menyusun laporan, paper atau kesimpulan yang diperoleh
·
Tindak lanjut dari hasil kegiatan karya wisata seperti; membuat grafik,
gambar, model-model, diagram, alat-alat lain dan sebagainya.
7. Metode Debat
Penerapan teknik debat aktif (active debate) dalam pembelajaran di
kelas dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Susunlah sebuah pertanyaan yang
berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran.
Sebagai contoh, Bolehkah berpoligami?
b. Bagilah siswa menjadi dua tim debat.
Berikan secara acak posisi “Pro” kepada satu kelompok dan posisi “Kontra”
kepada kelompok lain
c. Selanjutnya, buatlah du hingga empat
sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang
berisi 24 siswa Anda dapat membuat tiga sub kelompok Pro dan tiga sub kelompok
kontra, yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan tiap sub
kelompok untuk menyusun argument bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan
daftar panjang argument yang mungkin akan mereka pilih dan diskusikan. Pada
akhir dari diskusi mereka, perintahkan sub kelompok untuk memilih juru bicara
d. Tempatkan dua hingga empat kursi
(terganung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) bagi
para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan
jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Posisikan siswa
yang lain di belakang tim debat mereka
e. Mulailah “debat” dengan meminta para
juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai “argument
pembuka”
f. Setelah semua siswa mendengarkan
argument pembuka, hentikan debat dan perintahkan mereka kembali ke sub kelompok
awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengkomentari
argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok
memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru
g. Kembali ke dalam debat. Perintahkan
para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memberikan “argument
tandingan”. Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara
kedua belah pihak), anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang memuat
argument tandingan atau bantahan kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan mereka
untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim
debat mereka
h. Apabila dianggap perdebatannya sudah
cukup, maka akhirilah debat tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan sisswa
untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan
siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari
pihak lawan debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa
yang didapatkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan
siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argument terbaik yang
dikemukakan oleh kedua belah pihak. (Melvin, 2011:141-142)
i.
Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
j.
Guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada
topik yang ingin dicapai.
Variasi:
1.
Tambahkanlah satu atau beberapa kursi kosong bagi tim-tim debat. Ijinkan
siswa untuk menempati kursi-kursi kosong itu manakala mereka ingin turut
berdebat
2.
Mulailah segera kegiatan ini dengan argumen pembuka perdebatan. Lakukanlah
dengan debat konvensional, namun sering-seringlah menggilir para pendebatnya.
Sedangkan menurut Sanaky, Penerapan strategi pembelajaran
Debat Aktif (Active Debate), dengan langkah-langkah atau prosedur yang
dilakukan, sebagai berikut:
a.
Materi kuliah telah diberikan
kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan. Mahasiswa diharuskan
untuk membaca dan memahami materi ini agar memudahkan dalam “debat”
b.
Dalam kegiatan “debat”, kelas
dibagi menjadi 5 [lima] kelompok. Secara acak akan ditugaskan, yaitu:
1) kelompok pertama
ditetapkan sebagai penyaji
2) kelompok kedua
dan ketiga ditentukan sebagai “kontra” atau “penyangga”
3) kelompok keempat sebagai
“pembela” kelompok pertama
4) kelompok kelima sebagai
“penengah”.
Masing-masing
kelompok terdiri 10 (sepuluh) mahasiswa atau lebih.
c.
Sebelum debat dimulai, dosen
menyajikan “global materi” kuliah yang akan didebatkan kepada
mahasiswa dalam bentuk ceramah.
d.
Sebelum debat dilaksanakan,
mintalah masing-masing kelompok menetukan “juru bicaranya” dan kemudian
mintalah tiap-tiap kelompok mendikusikan materi pada kelompoknya sendiri dan
merumuskan arguman-argumen dari hasil diskusinya
e.
Setelah masing-masing kelompok
telah selesai mediskusikan materi tersebut dan telah menemukan problem atau
masalah untuk disampaikan. Diskusi dihentikan dan setting kelas dibuat dalam
situasi yang berbeda
f.
Mulailah “perdebatan” dan dalam
“perdebatan” ini dosen bertindak sebagai pemandu. Langkah pertama,
perintahkanlah “juru bicara” dari kelompok “penyaji” untuk menyampaikan
argumen-argumennya. Langkah kedua, meminta kelompok kontra (2 dan
3) meberikan atau menyampaikan “konter argumentasinya” dan buatlah
situasi debat anatar “penyaji” dengan “kontra” dan sesekali meminta argumentasi
dari kelompok “penengah”. Langkah ketiga, mintalah kolompok “pembela”
untuk menyampaikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat antara
kelompok kontra dengan kelompok “pembela” dan sesekali meminta argumentasi dari
kelompok “penengah”. Doronglah peserta yang lain untuk mencatat
jawaban berbagai argumen atau bantahan yang disarankan kepada juru bicaranya.
Juga, doronglah mereka untuk sesekali menyambut dengan applaus terhadap
argumen-argunen dari wakil atau juru bicara tim mereka
g.
Ketika dianggap perdebatannya
sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut dan gambungkan kembali seluruh kelompok
tersebut dalam lingkaran penuh. Kemudian disimpulkan dan berilah komentar
tentang permasalah yang diajukan dalam perdebatan tersebut serta buatlah
diskusi seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajai oleh mahasiswa tentang
persoalan dari pengalaman debat itu dan kemudian rumuskan argumen-argumen
terbaik yang dibuat kedua kelompok (“penyaji” dan “kontra”) debat tersebut.
Sebelum menutup perkuliahan, doronglah semua mahasiswa untuk menyambut dengan
applaus atas “debat” yang telah dilakukan, setelah itu tutup kuliah dengan
membaca do’a.
DAFTAR PUSTAKA
Melvin L. Silberman. 2011. Active
learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.
Syah, Muhibbin (2003). Psikologi
Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wina Sanjaya. 2009. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Group
Ismail SM. 2008 Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail Media Group
http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/macam-macam-metode-mengajar/ diakses 1 January 2014
http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-debat.html
dikutip dari id.wikipedia.org diakses 1 Januari 2014
http://ahbabussalwa.blogspot.com/2012/07/metode-karya-wisata.html. diakses 1
January 2014
Hujair AH. Sanaky. Metode Dan
Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Pemberdayaan Peserta Didik. Dalam makalah active
learning. www.sanaky.com diakses 1 January 2014