METODE YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

A.        Pengertian Metode
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran.
Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memeroleh sesuatu.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian Metode pada prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistimatik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar, sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudahdisusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam:
1. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam rangka memberikan dorongan kepada warga belajar untuk terus mau belajar
2. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam menumbuhkan rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar warga belajar yang didasarkan pada kebutuhannya
3. Penyampaian bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam menyampaikan bahan dalam kegiatan pembelajaran
4. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi warga abelajar untuk belajar
5. Tenaga untuk melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk menumbuhkan kreativitas warga belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya
6. Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, yaitu cara untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran
7. Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah, salah satunya adalah : (1) demonstrasi; (2) simulasi; (3) diskusi; (4); karya wisata.
B.        Metode – Metode yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Sejarah
1.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah, 2000:22). Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa “metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”. Menurut Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.
Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan.
Metode  demonstrasi lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ). Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada  siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya  atau hanya sekadar tiruan. Ada juga yang berpendapat bahwa Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, yang sering disertai dengan lisan, dengan demonstrasi  proses penerimaan pelajaran akan berkesan secara mendalam, sehingga membemtuk pengertian yang sempurna
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
1.      Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
2.      Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3.      Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
1.      Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
2.      Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
3.      Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
1.      Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
2.      Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
3.      Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
2.      Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan”. Di dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia dinyatakan bahwa simulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah”. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu”. Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, simulasi dalam perspektif model pembelajaran adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu.
Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata. Sementara menurut Sri Anitah, W. dkk,  metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Jadi metode simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang sebenarnya.
Sebagai sebuah metode pembelajaran yang bersifat peniruan suatu peristiwa, metode simulasi memiliki Karakteristik yang mencerminkan metode ini berbeda dengan metode-metode lain, di antaranya: 1) Banyak digunakan pada pembelajaran PKn, IPS, pendidikan agama dan pendidikan apresiasi, 2) Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui pembelajaran simulasi; 3) Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa; 4)  Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual; 5)  bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial, maupun masalah-masalah sosial.
Agar Pemakaian simulasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam pelaksanaanya memperhatikan prinsi-prinsip sebagai berikut: 1) simulasi itu dilakukan oleh kelompok peserta didik dan setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda; 2) semua peserta didik harus dilibatkan sesuai peranannya; 3) penentuan topik dapat dibicarakan bersama; 4) petunjuk simulasi terlebih dahulu disiapkan secara terperinci atau secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan tujuan simulasi;  5) dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakup semua ranah pembelajaran; baik kognitif, afektif maupun psikomotorik; 6) simulasi adalah latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik; 7)  simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berurutan yang diperkiran  terjadi dalam situasi yang sesungguhnya; dan 8) hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu , terjadinya proses sebab akibat, pemecahan masalah dan sebagainya.
Prinsip-prinsip tersebut  harus menjadi acuan dalam pelaksanaan simulasi agar benar-benara dapat dilakukan sesuai konsep simulasi dalam berbagai bentuknya. Prinsip ini berlakuku dalam setiap mata pelajaran dan standar kompetensi yang sesuai dengan prinsip-prinsip  tersebut yang berhubungan dengan peristiwa nyata. Oleh sebab itu untuk memilih materi atau topik mana yang akan digunakan dengan metode simulasi sangat bergantung pada karakteristik dan prinsip-prinsip simulasi dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran sebagaiman dijelaskan di atas. Oleh sebab itu tidak semua mata pelajaran,   kompetensi dasar, indikator, dan   topik pembelajaran berbagai mata pelajaran dapat digunakan dengan simulasi. Disinilah pentingnya pemahaman  dan analisa guru tentang karakteristik dan prinsip metode simulasi dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran setiap kompetensi dasarnya.
Manfaat dari metode simulasi dapat untuk :
  1. meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan melibatkan diri dalam  mempelajari  situasi yang  hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya
  2. memberikan motivasi untuk bekerja sama dalam kelompok
  3. melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok
  4. menimbulkan dan memupuk daya imaginasi siswa
  5. melatih siswa untuk memahami dan menghargai pendapat, peran orang lain
Metode simulasi bertujuan untuk: 1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari; 2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; 3) Melatih memecahkan masalah; 4) Meningkatkan keaktifan belajar; 5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa; 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok; 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa; dan 8)   Melatih Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain.
Agar penggunaan metode simulasi mencapai tujuan dan manfaat yang diinginkan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. tiap siswa atau kelompok siswa mendapat kesempatan yang sama untuk melakukan simulasi
  2. tiap siswa terlibat langsung dalam peranannya masing-masing
  3. simulasi dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik
  4. disiapkan petunjuk simulasi dapat secara terperinci atau secara garis besar
  5. dalam simulasi diusahakan dapat digambarkan secara lengkap tentang situasi, proses yang diperkirakan terjadi dalam kenyataan sesungguhnya
Dengan demikian penggunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan kecenderungan pembelajaran modern yang menuju kepada pembelajaran peserta didik yang bersifat individu dan kelompok kecil, heuristik (mencari sendiri perolehan) dan aktif. Sesuai dengan hal ini simulasi menurut Derick, U dan Mc Aleese, R, bahwa simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan pesrta didik dalam pembelajaran di kelas, baik guru maupun peserta didik mengambil peran did dalamnya; 2) Simulasi pada umumnya bersifat  pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih peserta didik melakukan pendekatan interdisiplin di dalam pembelajaran. Di samping itu dapat juga mempraktekkan keterampilan-keterampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat; 3) simulasi adalah model pembelajaran yang bersifat dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berpikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah.
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah: 1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya; 2)  Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam   pembelajaran; 3) dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual); 4)  Dapat membina hubungan personal yang positif; 5)  Dapat membangkitkan imajinasi, Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok. 6)  Menciptakan kegairahan peserta didik untuk belajar; 7) memupuk daya cipta peserta didik; 8) Dapat menjadi bekal bagi kehidupannya di masyarakat; 9) Mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata; 10) Dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam bermain atau beracting.  Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya: 1)  Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak; 2) Sangat bergantung pada aktivitas siswa; 3)  Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar; 4) Banyak siswa yang kurang menyenangi sosiodrama sehingga  sosiodrama tidak efektif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simulasi sekalipun banyak keunggulan namun sebagai sebuah metode pembelajaran tetap memiliki kelemahan. Berbagai kelebihan di atas perlu diketahui oleh seorang guru agar potensi yang ada dapat dimaksimalkan, namun kelemahan bisa diatasi dengan berbagai cara agar pembelajaran sesuai kondisi dan waktu yang telah disediakan.
Ditinjau dari peran yang dibawakan atau dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran, menurut ramayulis, bentu-bentuk simulasi dapat dibedakan menjadi: 1) Pre-Teaching/Micro Teaching; berguna untuk latihan mengajar oleh calon pendidik yang mana peserta didiknya adalah teman-teman calon pendidik; 2) Sosiodrama; permainan peranan yang diselenggarakan dimaksudkan untuk menentukan alternatif pemecahan sosial; 3) Psikodrama; permainan peranan yang diselenggarakan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh pemahaman yang lebih tentang dirinya, penemuan konsep diri, reaksi terhadap tekanan yang menimpa dirinya; 4) Simulasi game; adalah permainan peranan dimana para pemainnya berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu dengan mentaati peraturan yang di tetapkan; 5) Role Playing; permainan peranan yang diselenggarakan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspos kejadian-kejadian masa kini dan sebagainya.
Dalam pembelajaran sejarah, bentuk simulasi yang cocok untuk digunakan adalah bentuk Sosiodrama dan Role Playing.
a.      Sosiodrama
Istilah sosiodrama dan bermain peranan (role playing) dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan di dalampelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti. Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi.
Kedua istilah ini (sosiodrama dan bermain peranan), kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi. Hanya bedanyakedua metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu naskahnya.
Peranan sosiodrama dapat digunakan apabila :
1.      Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2.      Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan
3.      Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan
4.      Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
5.      Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
6.      Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
Sebagaimana dengan metode-metode yang lain, dalam metode sosiodrama terdapat kebaikan dan kekurangan yang akan terjadi dalam proses pembelajrannya. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang lain. Mungkin sekali kita perlu memakai metode diskusi, ausid visual, tanya jawab dan metode-metode lain yang dapat dianggap melengkapi metode sosiodrama/bermain peranan. Kelebihan dari metode sosiodrama adalah :
  1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
  2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
  3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
  4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dand apat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
  5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Sementara itu kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama adalah terletak pada :
  1. Sosiodrama dan bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
  2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
  3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
  4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
  5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
  6. Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan ini.
b.      Role Playing
Menurut Gangel (1986) role playing adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok. Menurut Blatner (2002), role playing adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks. Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Metode Pembelajaran Bermain peran :
a)      Menurut Nur (200); prinsip dasar dalam pembelajaran bermain sebagai berikut: Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b)      Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota adalah tim.
c)      Kelompok mempunyai tujuan yang sama.
d)      Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e)      Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
f)       Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g)      Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok bermain
Sedangkan ciri-ciri metode pembelajaran bermain peran adalah sebagai berikut :
a)      Siswa dalam kelompok secara bermain menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai
b)      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
c)      Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam metode Role Playing terdapat kebaikan dan kekurangannya. Kebaikan metode role playing antara lain :
1.      Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan
2.      Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
3.      Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
4.      Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
Kelemahan metode role playing antara lain :
1.      Role playing/ bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang banyak.
2.      Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3.      Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4.      Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5.      Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
3.      Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
4.      Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis. Manfaat dari metode inquiri adalah membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curriousity) dan mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupunsikap (afektif)
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Ada beberapa keunggulan dari metode Inquiry yaitu sebagai berikut :
1)      Dapat membentuk dan mengembangkan self concept pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik
2)      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru
3)      Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, beriskap objektif, jujr, dan terbuka
4)      Mendorong siswa untuk bersikap intuitif, dan merumuskan hipotesanya sendiri
5)      Member kepuasan yang berifatintrisik
6)      Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
7)      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
8)      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri
9)      Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar tradisional
10)  Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan Kekurangan metode inquiry ialah sebagai berikut:
1)      Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang terbiasa dengan cara tradisional, merupakan beban yang memberatkan
2)      Pelaksanaan pengajaran melalui metode ini, dapat memakan watu yang cukup panjang. Apalagi proses pemecahan masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah
3)      Proses jalannya inquiry akan menjadi terhambat, apabila siswa telah terbiasa cara belajar “nrimo” tanpa kritik dan pasif apa yang diberikan oleh gurunya
4)      Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah. Akan tetapi justru memerlukan pengulangan dan penanaman nilai. Misalnya pada pengajaran agama, mengenai keimanan, ibadah dan akhlak
5)      Metode inquiry ini baru dilaksanakan pada tingkat SLTA, Perguruan Tingi. Dan untuk tingkat SLTP dan tingkat SD masih sulit dilaksanakan. Sebab pada tingkat tersbeut anak didik belum mampu berpikir secara ilmiah, merupakan ciri dari metode inquiry.
5.      Metode Karya Wisata
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Karyawisata dapat dikatakan sebagai kegiatan perjalanan atau kunjungan lapangan adalah suatu perjalanan oleh sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan normal. Tujuan perjalanan biasanya pengamatan untuk pendidikan, non-eksperimental penelitian atau untuk memberikan pengalaman siswa di luar kegiatan sehari-hari mereka.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati subjek dalam keadaan alami dan mungkin mengumpulkan sampel. Dalam budaya Barat orang pertama menemukan metode ini selama bertahun-tahun sekolah ketika kelas sekolah diambil pada perjalanan untuk mengunjungi geologis atau geografis fitur lanskap, misalnya. Sebagian besar penelitian awal ke dalam ilmu-ilmu alam adalah formulir ini. Charles Darwin merupakan contoh penting dari seseorang yang telah berkontribusi untuk ilmu pengetahuan melalui penggunaan metode karya wisata (field trip). Untuk mengurangi resiko dan pengeluaran tersebut, sebagian besar sistem sekolah sekarang memiliki prosedur kunjungan resmi yang menganggap seluruh perjalanan dari estimasi, persetujuan dan penjadwalan melalui perencanaan perjalanan yang sebenarnya dan pasca-kegiatan perjalanan.
Karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada,  museum, tempat-tempat bersejarah dan sebagainya. Metode karya wisata akan dapat di pergunakan,
1.      Apabila pelajaran yang dimaksudkan untuk memberi pengertian lebih jelas dengan alat peraga langsung.
2.      Apabila akan membangkitkan penghargaan dan cinta terhadap lingkungan dan tanah air, dan menghargai ciptaan Tuhan.
3.      Apabila akan mendorong anak mengenal lingkungan dengan baik.
Metode karyawisata memiliki manfaat tersendiri yakni :
1.         Siswa memperoleh pengalaman yang nyata mengenai obyek studi dalam kegiatan karyawisata
2.         Dapat memberikan motivasi untuk mendalami materipelajara
3.         Anak akan memperoleh pengalaman langsung, pengalaman ini dapat memperdalam pengetahuan dan pengertian anak karena akan lebih banyak menarik perhatian anak
4.         Dengan karya wisata dapat mengumpulkan bahan-bahan untuk pelajaran, misalnya dengan cara observasi, wawancara dan sebagainya, serta dapat mengumpulkan benda-benda untuk alat peraga
5.         Memperluas atau memperbesar minat dan perhatian anak. Misalnya dengan kunjungan ke pabrik, perindustrian, kesenian dan lain-lain
6.         Memperkaya pengajaran di dalam kelas
7.         Membuktikan benar tidaknya pengetian yang diperoleh di dalam kelas.Sumber di luar kelas merupakan laboratorium tempat anak-anak mengadakan observasi, eksperimen dan lain-lain.
Dalam metode Karya wisata terdapat kebaikan dan kekurangannya. Kelebihan dari metode karyawisata sebagai berikut :
1.      Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2.      Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
3.      Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Sedangkan kekurangan dari metode karyawisata sebagai berikut :
1.      Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2.      Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
3.      Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
4.      Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
5.      Biayanya cukup mahal.
6.      Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
6.      Metode Debat
Debat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Debat merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih yang masing-masing berusaha mempengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dan pihak yang lain saling menyerang.
Debat dapat diartikan pula sebagai silang pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal melalui dialog formal yang terorganisasi. Debat yang biasanya diikuti oleh pihak pendukung dan pihak penyangkal dipimpin oleh seorang pemandu (moderator) serta dibatasi oleh waktu dan aturan main. Kedua belah pihak yang berdebat berusaha meyakinkan lawan debat dan pemirsa/pendengar bahwa usul dan argumennya adalah yang paling baik.
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Metode Debat merupakan sebuah metode pembelajaran yang dimana siswa terbagi dalam dua kelompok besar ataupun kecil yang terdiri dari pihak yang pro dan kontra untuk beradu menyampaikan pendapat/ tanggapan mereka didalam menghadapi suatu topik masalah yang telah ditentukan. Anggota kelompok juga dapat bertanya kepada peserta debat/pembicara. Metode ini biasa digunakan ketika:
a.       Jika hasil pembicaraan perlu diasah
b.      Untuk membangkitkan analisa
c.       Untuk menyampaikan pendapat yang berbeda-beda
d.      Jika anggota bersedia untuk mendengar kedua segi permasalahan
e.       Jika kelompok itu besar.
Teknik debat aktif (active debate) adalah cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran berbicara dengan cara menyajikan tema kontroversi yang menarik untuk diperdebatkan. Siswa dalam hal ini saling mengungkapkan argumentasi untuk menetapkan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut Pro, (pendukung atau afirmatif)  dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau Kontra (negatif).
Teknik debat aktif dapat mendukung siswa untuk  berani mengomentari, menyanggah, mengkritik sesuai dengan posisi dan peran yang dimainkan. Dalam penerapan teknik debat aktif ini terdapat hal yang berbeda dari prosedur debat konvensional, yaitu siswa akan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Selain itu, formasi duduk siswa dikondisikan seperti setengah lingkaran yang di tengahnya terdapat dua juru bicara dari kelompok pro dan kontra yang ditemani oleh dua moderator yang masing-masing memprovokasi kelompok pro dan kontra.
Selain itu metode debat merupakan metode pengajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan (Wina, 2009:154). Menurut buku pengarang Ismail SM, M.Ag. bahwasannya tujuan dari metode debat aktif ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang controversial serta memiliki sikap demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat (Ismail, 2008:81).
Secara sederhana debat aktif bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau percaya dan akhirnya melaksanakan, bertindak, mengikuti atau setidaknya mempunyai  kecenderungan sesuai apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh pembicara  atau penulis, melihat jenis komunikasinya lisan atau tulisan. Dengan demikian, debat merupakan sarana yang paling fungsional  untuk menampilkan, meningkatkan dan mengembangkan komunikasi verbal dan melalui debat pembicara dapat menunjukkan sikap intelektual.
Manfaat yang dapat diambil dari proses pembelajaran dengan metode debat aktif adalah:
a.       Manfaat Bagi Siswa
1)      To provide opportunities for the pursuit of established interest and the development of new interest
2)      To educate for citizenship trought experiences and insight that stress leadership, fellowship, corporation, and independent action
3)      To develop school spirit and morale
4)      To encourage moral and spiritual development
5)      To strengthen the mental and physical health of student
6)      To provide for a well rounded of student
7)      To widen student contact
8)      To provide opportunities for student to exercise their creative capacities more fully
b.      Manfaat Bagi Pengembangan Pendidikan

1)      To supplement or enrich classroom experiences
2)      To explore new learning experience which may ultimately be incorporated into the curriculum
3)      To provide additional opportunity for individual and group guidance
4)      To motivate classroom instruction
5)      To improve education metod (http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/209/jiptiain--mohridwant-10427-5-babii%3B-a.pdf).
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:
a.       Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan
b.      Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan
c.       Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya adalah:
a.       Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
b.      Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
c.       Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif
d.      Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok
e.       Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa
f.        Tema haruslah dapat diperdebatkan
g.      Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.
C.        Langkah-langkah Penerapan Metode yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Sejarah
1.      Metode Demonstrasi
Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi adalah sebagai berikut;
a)      Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
·         Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
·         Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demostrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
·         Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
b)      Tahap Pelaksanaan
Ø  Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
·         Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
·         Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
·         Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
Ø  Langkah pelaksanaan demonstrasi.
·         Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
·         Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
·         Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
·         Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
Ø  Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
2.      Metode Sosiodrama
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode sosiodrama adalah sebagai berikut :
  1. Bila sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
  2. Menerapkan siatuasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut
  3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa
  4. Setelah sosiodrama itu dalam peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu
  5. Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya
3.      Metode Role Playing
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode sosiodrama adalah sebagai berikut :
  1. Bila role playing baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
  2. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut.
  3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa
  4. Setelah role playing itu dalam puncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai role playing yang dimainkan. Role playing dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu
  5. Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya role playing untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.
4.      Metode Discovery
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani (2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
Sedangkan langkah-langkah dalam menggunakan metode discovery menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
5.      Metode Inquiry
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
6.      Metode Karya Wisata
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Masa persiapan guru perlu menetapkan:
·         Perumusan tujuan instruksional yang jelas
·         Pertimbangkan pemilihan teknik itu
·         Keperluan menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi, untuk merundingkan segala sesuatunya
·         Penyusunan perencanaan yang masak, membagi tugas-tugas dan menyiapkan sarana
·         Pembagian siswa dalam kelompok, mengirim utusan.
2.      Masa pelaksanaan karya wisata:
·         Pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya.
·         Memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama
·         Mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi dan juga tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya
·         Memberi petunjuk bila dipandang perlu.
3.      Masa kembali dari karya wisata:
·         Mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil dari karya wisata itu.
·         Menyusun laporan, paper atau kesimpulan yang diperoleh
·         Tindak lanjut dari hasil kegiatan karya wisata seperti; membuat grafik, gambar, model-model, diagram, alat-alat lain dan sebagainya.
7.      Metode Debat
Penerapan teknik debat aktif (active debate) dalam pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Susunlah sebuah pertanyaan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran. Sebagai contoh, Bolehkah berpoligami?
b.      Bagilah siswa menjadi dua tim debat. Berikan secara acak posisi “Pro” kepada satu kelompok dan posisi “Kontra” kepada kelompok lain
c.       Selanjutnya, buatlah du hingga empat sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa Anda dapat membuat tiga sub kelompok Pro dan tiga sub kelompok kontra, yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan tiap sub kelompok untuk menyusun argument bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar panjang argument yang mungkin akan mereka pilih dan diskusikan. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkan sub kelompok untuk memilih juru bicara
d.      Tempatkan dua hingga empat kursi (terganung jumlah  dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) bagi para juru bicara dari pihak yang pro dalam  posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Posisikan siswa yang lain di belakang tim debat mereka
e.       Mulailah “debat” dengan meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai “argument pembuka”
f.       Setelah semua siswa mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan perintahkan mereka kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengkomentari argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru
g.      Kembali ke dalam debat. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memberikan “argument tandingan”. Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua belah pihak), anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang memuat argument tandingan atau bantahan kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat mereka
h.      Apabila dianggap perdebatannya sudah cukup, maka akhirilah debat tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan sisswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan debatnya.  Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argument terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak. (Melvin, 2011:141-142)
i.        Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
j.        Guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Variasi:
1.        Tambahkanlah satu atau beberapa kursi kosong bagi tim-tim debat. Ijinkan siswa untuk menempati kursi-kursi kosong itu manakala mereka ingin turut berdebat
2.        Mulailah segera kegiatan ini dengan argumen pembuka perdebatan. Lakukanlah dengan debat konvensional, namun sering-seringlah menggilir para pendebatnya.
Sedangkan menurut Sanaky, Penerapan strategi pembelajaran Debat Aktif (Active Debate), dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:
a.         Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan. Mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi ini agar memudahkan dalam “debat”
b.         Dalam kegiatan “debat”, kelas dibagi menjadi 5 [lima] kelompok. Secara acak akan ditugaskan, yaitu:
1)       kelompok pertama ditetapkan sebagai penyaji
2)       kelompok kedua dan ketiga ditentukan sebagai “kontra” atau “penyangga
3)        kelompok keempat sebagai “pembela” kelompok pertama
4)        kelompok kelima sebagai “penengah”.
Masing-masing kelompok terdiri 10 (sepuluh) mahasiswa atau lebih.
c.         Sebelum debat dimulai, dosen menyajikan  “global materi”  kuliah yang akan didebatkan kepada mahasiswa dalam bentuk ceramah.
d.        Sebelum debat dilaksanakan, mintalah masing-masing kelompok menetukan “juru bicaranya” dan kemudian mintalah tiap-tiap kelompok mendikusikan materi pada kelompoknya sendiri dan merumuskan arguman-argumen dari hasil diskusinya
e.         Setelah masing-masing kelompok telah selesai mediskusikan materi tersebut dan telah menemukan problem atau masalah untuk disampaikan. Diskusi dihentikan dan setting kelas dibuat dalam situasi yang berbeda
f.          Mulailah “perdebatan” dan dalam “perdebatan” ini dosen bertindak sebagai pemandu. Langkah pertama, perintahkanlah “juru bicara” dari kelompok “penyaji” untuk menyampaikan argumen-argumennya. Langkah kedua, meminta  kelompok kontra (2 dan 3) meberikan atau menyampaikan “konter argumentasinya”  dan buatlah situasi debat anatar “penyaji” dengan “kontra” dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok “penengah”. Langkah ketiga, mintalah kolompok “pembela” untuk menyampaikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat antara kelompok kontra dengan kelompok “pembela” dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok “penengah”.  Doronglah peserta yang lain untuk mencatat  jawaban berbagai argumen atau bantahan yang disarankan kepada juru bicaranya. Juga, doronglah mereka untuk sesekali menyambut dengan applaus terhadap argumen-argunen dari wakil atau juru bicara tim mereka
g.         Ketika dianggap perdebatannya sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut dan gambungkan kembali seluruh kelompok tersebut dalam lingkaran penuh. Kemudian disimpulkan dan berilah komentar tentang permasalah yang diajukan dalam perdebatan tersebut serta buatlah diskusi seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajai oleh mahasiswa tentang persoalan dari pengalaman debat itu dan kemudian rumuskan argumen-argumen terbaik yang dibuat kedua kelompok (“penyaji” dan “kontra”) debat tersebut. Sebelum menutup perkuliahan, doronglah semua mahasiswa untuk menyambut dengan applaus atas “debat” yang telah dilakukan, setelah itu tutup kuliah dengan membaca do’a.








DAFTAR PUSTAKA
Melvin L. Silberman. 2011. Active learning : 101 Cara  Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.
Syah, Muhibbin (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Ismail SM. 2008 Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail Media Group
http://ahbabussalwa.blogspot.com/2012/07/metode-karya-wisata.html. diakses 1 January 2014
http://rumahdesakoe.blogspot.com Loc, Cit. diakses 1 January 2014
Hujair AH. Sanaky. Metode Dan Strategi  Pembelajaran  Berorientasi Pada Pemberdayaan Peserta Didik. Dalam makalah active learning. www.sanaky.com diakses 1 January 2014